Suara menggema, lantang dan penuh wibawa, membelah kerumunan rakyat yang berkumpul di alun-alun kerajaan.
Sang Penguasa, berdiri tegak di atas singgasananya, tatapannya tajam menyelidiki wajah-wajah penuh kekhawatiran di hadapannya. Suaranya bagaikan guntur, menggetarkan jiwa-jiwa yang mendengarkan.
"Rakyatku!" seru Sang Penguasa. "Bayang-bayang perang telah menyelimuti negeri kita. Musuh bebuyutan, kejam dan haus darah, telah menginjakkan kaki di tanah suci ini. Mereka ingin merenggut kedaulatan kita, menindas rakyat, dan menghancurkan warisan leluhur."
Kerumunan bergemuruh. Desahan cemas dan teriakan kemarahan bercampur aduk. Ketakutan menyelimuti hati mereka, membayangkan kengerian peperangan yang akan segera melanda.
Sang Penguasa mengangkat tangannya, menenangkan rakyatnya. "Jangan gentar!" tegasnya. "Kita adalah bangsa yang berani, keturunan para pahlawan yang gagah perkasa. Kita tidak akan tunduk pada penjajah! Kita akan melawan dengan segenap kekuatan yang kita miliki!"
Suara Sang Penguasa menggema dengan penuh semangat. "Aku, Raja kalian, memerintahkan kalian semua untuk bersiap sedia. Latihlah diri kalian, asahlah keahlian kalian, dan persiapkanlah diri untuk berperang. Kita akan mempertahankan tanah air kita, melindungi keluarga kita, dan menjaga harga diri bangsa kita!"
Rakyat bersorak sorai, tekad membara di mata mereka. "Hidup Raja!" teriak mereka. "Hidup Bangsa!"
Sang Penguasa melanjutkan pidatonya. "Aku tahu, perang ini akan berat. Akan ada korban jiwa, air mata, dan penderitaan. Tapi aku yakin, dengan tekad yang bulat dan persatuan yang kuat, kita pasti akan keluar sebagai pemenang."
"Ingatlah!" seru Sang Penguasa. "Wilayah pertempuran ini telah memasuki duniaku. Jangan beranjak, menghambat lakuku. Lanjutkan ritme ultimatum tersebut!"
Kata-katanya menggema di benak rakyat, membakar semangat mereka. Mereka siap untuk berperang, siap untuk mengorbankan segalanya demi mempertahankan tanah air mereka.
Suara Sang Penguasa menggema di angkasa, mengantarkan rakyatnya menuju medan pertempuran. Sebuah babak baru dalam sejarah kerajaan telah dimulai, sebuah babak perjuangan yang akan menentukan nasib bangsa.
``
gelanggang
arena
lapangan pertempuran
ruang pertempuran
sasaran pertempuran
tempat pertempuran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar