Mengarangkan Cinta

Sudah terlanjur terlewati 

Perkara dinama tidak selayak bubur 

Tanah tergali begitu dalam namun mengapa urung menggembur

Tiada perlu kudipandang dalam kemegahan istana tempatmu berada sebagai yang termasyur 

Telah terbawa seluruh bau yang tersungkur kedalam bara yang hidup itu...

Tiada lagi utuhnya bentuk tubuh miliknya sebagaimana lukisan dibentuk sepasang tangan pengisah

Konon hidupnya bara itulah yang mengubah semua itu beriring nyala tanpa muai gemerincing menduduki harga pemekaran sebelum hari ini semakin menggelap 

Kupandang dari sudut kursi kereta seusai kelegaman itu mencerah ingin menuju memutih diujung perapian bersama pengeja pemantra tutur dari leluhur yang mendekatkan diri dalam baur 

Kutuang detak maumu dalam barunya bentuk yang lama dengan setiap perahan pikir dan keringat teramu...

Sadar akan  besarnya tekat hatimu yang selalu menjauhkan kata mundur bahkan semakin lantang meneriakkan seruan' gempur'! agar semua penghalang lalu melebur dalam tanah tempat kita berpijak

Semua serpihan kata ini tiada mula dan tiada asal atau bermata angin bebas menebar dengan kecepatan miliknya tanpa lagi terukur disetiap ruang imagimu sendiri ...

Bila terlalu sulit membayangkan biarlah ia pergi bersama debu-debu di setiap jalan yang engkau lalui tanpa kata pamit apalagi lambaian tangan yang tiada mungkin akan tampak oleh penerima kemustahilan..





Tidak ada komentar:

Posting Komentar