Mengarangkan Cinta

Sudah terlanjur terlewati 

Perkara dinama tidak selayak bubur 

Tanah tergali begitu dalam namun mengapa urung menggembur

Tiada perlu kudipandang dalam kemegahan istana tempatmu berada sebagai yang termasyur 

Telah terbawa seluruh bau yang tersungkur kedalam bara yang hidup itu...

Tiada lagi utuhnya bentuk tubuh miliknya sebagaimana lukisan dibentuk sepasang tangan pengisah

Konon hidupnya bara itulah yang mengubah semua itu beriring nyala tanpa muai gemerincing menduduki harga pemekaran sebelum hari ini semakin menggelap 

Kupandang dari sudut kursi kereta seusai kelegaman itu mencerah ingin menuju memutih diujung perapian bersama pengeja pemantra tutur dari leluhur yang mendekatkan diri dalam baur 

Kutuang detak maumu dalam barunya bentuk yang lama dengan setiap perahan pikir dan keringat teramu...

Sadar akan  besarnya tekat hatimu yang selalu menjauhkan kata mundur bahkan semakin lantang meneriakkan seruan' gempur'! agar semua penghalang lalu melebur dalam tanah tempat kita berpijak

Semua serpihan kata ini tiada mula dan tiada asal atau bermata angin bebas menebar dengan kecepatan miliknya tanpa lagi terukur disetiap ruang imagimu sendiri ...

Bila terlalu sulit membayangkan biarlah ia pergi bersama debu-debu di setiap jalan yang engkau lalui tanpa kata pamit apalagi lambaian tangan yang tiada mungkin akan tampak oleh penerima kemustahilan..





Sudah Pergi dan Sampai

 

Yang kelihatan
Ia sudah melakukan 
Yang penting mungkin baginya itu 
Sudah datang untuk bawa maksud
Meskipun belum utuh disadarinya 

Menunda untuk mengatakan kepadanya 
Bahwasannya ia bukan datang pada tempat yang tepat 
Untuk tahu semua isi cerita 

Dayang-Dayang Berparuh

🤔semisal  sepuluh kali diulang 
Itu seolah mendongeng buatnya 
Yang sedang tidur pulas....

😴kemarinya diujung kelelahannya 
Maka kubiarkan lelap itu dimilikinya dahulu...

🤓bayangkan andai dikeramaian atau jalan dan berdesakannya penumpang bisa saja jadi incaran pencopet...

😌Usai mandi dan mengisi perutnya barulah ia mulai diberikan kisah yang langka dan sangat ingin didengarnya itu....

>>>> sedikit saja, karena ini sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk ia, ... saat ini


Berpayung Seleksi

Si Bolang dipanggil

Si Bolang lalu datang

Disurunya ia duduk 

Ia pun lalu segera duduk 

Diberikannya ia makanan 

Lalu ia pun memakannya...

Sejak ia datang 

Saat ia dipanggil 

Waktu ia mendekat dan duduk 

Ekornya terus saja menari-nari 

Bahkan saat ia makan pun 

Ekornya tetap saja sama 

Dengan lincah terus menari -nari 

Sesekali ia berhenti makan 

Lalu memandang majikan

Dengan bersuara kecil 

Lalu melanjutkan makan lagi

Bahkan semakin lahap...

Setelah majikan memberikan tanda 

Walau hanya sebuah anggukan 

Padamu kutulis 

Cerita kecil ini...

Walau pun diriku bukanlah 

Seorang yang memiliki atau seorang ahli 

anjing...

🙂

Semua itu hanya seleksi pengalaman biasa 

Seperti cara majikan telah lama memilih, dengan seleksinya sendiri 

Agar ia dapatkan

Peliharaan yang juga punya senyuman 

Sebagaimana dirinya juga punya senyuman, walau tidak seutuhnya sama...

Hingga keduanya kini, tetap saling menjaga; anjing menjaga seisi rumah dan tuannya, pemiliknya juga menjaga ia punya 

anjing...


Kembalikan Saja



Itu...
Kerjaan 
Punya siapa 

Siapakah yang mencoba 
Untuk mencoba 
Melepaskan.....

Apa 
Pengikat itu 
Menjadi pengusikmu 

Atau 
Dengan adanya 
Hubungan tidak penting 

Aku 
Bukan 
Bagian lain 

Bukan pula orang 
Yang mengerti 
Semua itu 

Jika saja kau tahu 
Bagian mana terbaik 
Termasuk untuk mengembalikan

Lakukan 
Yang pantas 
Dan dapat kau lakukan..

....


Ada Apa Denganmu?



dengan sejuta argumen
mungkin biar tampak keren 
mulanya seolah sendiri dan beken 
tanpa tahu juga tanpa memberi tanya 
inginnya secepat tuntas seperti harga pas 
lagunya berganti mengingkar dari masa lalu
tiada benakmu menyisa rongga untuk sebuah arti keingintahuan tentangnya....
tiada luka yang ingin kau buat 
namun kelak akan mengerti 
bagaimana halus dan lugas panjatnya 
diperdengaRkan padamu...
gemingmu mungkin pada cela jauh dari dendam apalagi sentimental....
ukuran materai tanpa bentuk seperti wajahmu yang diwibawakan 
seolah-olah mengerti semua yang ada 
hingga senyumnya hanya membalas 
ada apa... denganmu.
akankah dibelinya ketidakpastian itu dari tempat yang menjulang demi memuaskan kuasanya jari menghitung langkah....?

Jangan Dengan Cara Yang Buruk




Melihat kedatangan dirimu

Sudah ada di sana tergambar

di sana

Sangatlah jelas engkau memiliki

Kemampuan untuk itu hingga jauhkan saja keraguan

Dengan jelas engkau mampu mencerna hal yang sulit

Jangan kaupukir dapat kulakukan hal serupa

engkau punya bagian keutuhan untuk melewati

bahkan menyelesaikan dengan baik

Ada cara yang dapat menunjukkan padamu

tentu dengan kesabaran yang kau bentuk

Tanpa dengan tergesa-gesa seperti dulu

Engkau akan menelan dan mencerna dengan perlahan

Mengerti arah putaran

Memahami kekuatan tarikan dan ketertarikan

hingga membedakan realitas dengan bayangan....

Namun jangan menganggap dulu

Bahwa kedatanganmu ini hanya kesia-siaan...

Temukan saja artimu dikemudian hari...

pastilah engkau dapatkan yang terbaik...

Tetaplah buat dengan cara terbaikmu

Sebagaimana adanya kamu

Tanpa mudah ikut-ikutan yang tidak jelas dulu.... 

Ini bukan untuk transformasi dan transisi




Sekelumit saja ucapnya 
Lalu gesturnya menuntun 
Sebagai ajakannya melangkah 
Mengikatkan lanjut tuturnya 
Di tempat yang terasa lebih nyaman 

Pergseran yang tidak jauh
Seperti itu kadar tahunya 
Sambil dia mengacungkan jari 
Pada kedua tempat mulanya bicara 
Hingga mengalirnya cerita-cerita kecil 
Sambut topangan datangnya tanya
Tanpa menutup pintu serapat tolakan 


Ia telah membukakan pintu kesadaran 
Tentang ketidaktahuan tidak melulu 
Bahkan dipandang sebagai suatu kesalahan 
Seperti kehangatannya menyambut siapa saja 
Yang dengan rela bersamanya dengan senang datang bicara banyak hal-hal ringan 
Juga menyenangkan.

Itu kata yang sulit untuk kupahami 
Bahkan tidak selorohnya belum pernah mendengar apa itu transformasi juga apa itu transisi. Itu jika boleh disebut pasti bukan disini tempatnya. Atau mungkin saat yang terbaik sudah kau punya hanya arahmu pasti tidaklah kemari. Hindarnya membatas ruang yang melebar agar nyamannya keadaan tetap ada.

"Minumlah seduhan itu 
Biar badanmu terjaga hangat,".
Tidak berselang lama terdengar orang di seberang jalan bersuara keras, seperti ia sedang bersin - bersin.
"Apakah itu yang kau maksud " wajahnya tampak lucu melontarkan tanya.....
Sambutan tawa sang tamu yang membuat riuh gembiranya ruangan kecil....
Lalu ia menuju ke wastafel yang dinamainya gentong dan mencuci tangan.....
"Ayo kita melakukan transformasi, ada masakan dibelakang buat kita," ajakannya sambil membilas buih sabun yang ada ditangannya.

"Terus terang saya gak paham kata dan pembicaraanmu tentang itu " sembari ia mengajak untuk mundur dari obrolan itu dan menuju kebelakang buat makan dan cerita lain yang lebih menyenangkan.

Ketika Berjuta Tangan Telah Menyapa

Sejuta umat itu hanya memudahkan ia
Yang telah berujar dengan iringan
panjang sepak langkah nyatanya
Meskipun sebenarnya ia tahu kata berjuta-juta
sebagai angka yang sudah sangat layak disebut banyak

Dahulu hingga kini
Ada dalam jamaknya tayangan
Untuk wahana belajar juga pewarta
Dalam lukisan bubuhan gelap arang

Yakin atau tidak belum menjadi milik semua
Untuk batas mampunya budi memasuki pertanda
Selangit tingginya ragam ilmu rela memadukan kasih

Untuk siapa bentuk keagungan disimpan 
Pelabuhan semesta mengoyak lapisan-lapisan penggelap
Pun dari pintu ke pintu tanpa pernah mau sedikit mundur
mendapat juluk kehilangan rasa malu meminta
dan meminta agar ada mata kuasa melihat hingga sampai
mengulur pengakuan akan sebuah keagungan yang telah lama
Merana jika itu tanpa ada bisa sedikit arti tandang di negeri para peri
yang tetap membagikan dalammya sisa misteri.
Jauh untuk menampik betapa berartinya berjuta tangan yang telah
rela mendaratkan sentuhan tinggi keilmuannya pada puing-puing
berserak memelas dan hingga kini telah mewujudkan semakin menuju
kepada utuhnya bentuk diri yang telah lama menanti suara cinta bisa bicara...
....
kepada semua yang telah mengerti bahasa semesta yang dipenuhi cara yang membagikan cintanya tanpa mampu terukur batasnya lagi.....



Seringai Senja




Seringai Senja: Membuai cerita pujangga datang saat senja beranjak  Melabuhkan hatinya pada sandaran itu Impian pernah dilukisnya dalam dia...

Bilakah Ada Cara Lain....

 

Bila kubawa stick itu

Lalu kuletakkan di samping kemudi



Ia tetap ikut kemana pun karena ia mati...

Ia hanya sebuah alat dan tak akan menolak

Kalaupun kubuang saja dengan kulempar jauh keluar

Karena ia samasekali tidak memiliki keinginan dalam dirinya


Bagaimana menjawabmu

Yang menyisakan gelisah diwajah

Bila saja ada cara lain untuk mengatakan

Ya pastilah tidak menunggu lama lagi

Bahkan langsung kusampaikan seketika padamu

Pembanding mengawal urai singkat ini

Tak lebih hanya ingin meringan hati dan kata

Ia sangat dipenuhi keinginannya yang membara


Dalam hal ini

Jangan ada engkau tautkan dengan mulut ini

Karena ini baginya bukanlah pengubah apa pun

Sebagaimana ia yang masih belum mau membeda

kebutuhan yang kutawarkan dan masih terus dan terus

tampak  keras dan semakin keras menggapai yang ia inginkan

itu hanya pandangan sebelah saja 

Esok atau kapan mungkin akan ada kita menemukan

Celah yang dapat dibilang terbaik untuk apa

Keculai menuju arah bersama seperti dulu lagi .....

Betulkah Hitungan Manggis Dari Pantat



Duduk berkerumun 

Kudengar permainannya 

Dibawah pohon rambutan 

Lalu berpindah menjauh lagi 

Mereka memilih tempat baru 

Kini dibawah pohon sawo 

Mereka tetap berkerumun disana 

Juga semua tetap ingin bersama 

Tebak menebak yang ada di dalam 

Betulkah isinya sama 

Dengan hitungan bunga 

Yang ada dipantat buahnya 

Riuh tawa ada tanda menang 

Bercampur ia yang juga kecewa Menggelinding sesudah ia 

Disantap beramai ramai 

Asam dan manis campuran sempurna 

Segar dilidah persetan kalah 

Menang pun hanya bermain meramaikan 

Belum ada cara lain kah 

Untuk dipilih melanjut 

Kecuali kembali kehitungan bunga pantat 

Sibuah yang akhirnya isinya...

Untuk semua hingga permainan 

Seakan dihentikan basahnya guyuran 

Walau buah buah itu belum juga habis....

SEMUTAN

SEMUTAN: si kecil hebat asik lama baru terasa duduk bersila dengar semua orang bicara kita bersama tetap menunggu tidak diminta tidak di...




Lendir Ngacir

Kisah manis yang ia bilang
Memang semanis gula, begitu orang juga mengangguk
Tepuk salut dibanyak media menyambutnya dengan gempita
Yang kelak umum disebut dienakkan oleh keadaan viral
Sangat boleh dibilang sesedap kolak manis salah satu
Produk turunan yang sangat butuh menggunakannya
Sosok yang selalu muncul dilaman ternama hingga populis
baginya layak ditambahkan setelah menjadi bagian yang top
Pembasah dan pelumas selalu dinalar para pemakai sedemikian
berartinya dalam mendukung dan mencapat titik kecepatan
Mulai dari yang cair , bentuk yang kental hingga yang pasta
Apa pun nama dirancang buat hingga guna tak lepas hitungan untung
Rantai panjang kisah yang dibanggakan luasnya asal muasal
Meskipun harus dibayar dengan timbunan pertanyaan
Mengapa bisa demikian biasa hingga bisa menjadi cerita baru?
Sayap-sayap merpati kebanggan terasa kibasnya ketika terbang mendekat
palang-palang bambu yang telah diremukan sebagai galar tak akan mampu
dijadikannya tempat lintas ujung kencang akhirnya lomba
histeria kecepatan membawa setiap terbang tinggi hingga tukik pencapaian
tersambut penambahan nilai adalah cerita lain 
Yang datang dari seberang luasnya padang tempat bola-bola dibidikkan
oleh tongkat-tongkat yang hanya dipegang oleh saku-saku perkasa
Tidak tampak dipenuhi jejal mantra berajimat yang ditopang sang pemanjat ulung
Lelehan logam memijar hanya sedikit cerita menambah arti
Lubang berlarinya lesat hinnga suara itu hanya getar jauh diseberang tempat
dimana ujung lain telah menancap tanpa sedikit menyentuh semua lingkar
yang tak ubah itu adalah pangkal kisah ketepatan mencapai arah
Ini semua jauh dari lendir yang dihasilkan oleh licinnya
Buah nangka yang tertebar dalam ganda berbaris menumbuh daun enggan berbunga
apalagi hingga ada cerita tentang biji-biji untuk dijadikan kuaci raksasa
Mencari sikecil terus memanggil tak lebih hanya ingin mengerti
Kemana aliran itu dibawa cerita mimpinya yang seakan membuyar
Membangunkan hingga membingungkan dirinya sendiri di sana
berhadapan dengan tetesan melelehnya salju pada kepingan-kepingan
rumpun yang telah dipisahkan
Kepadanya semanis kisah dipoles di lereng batu kapur
tempat lebat hutan manggis setiap malam menjadi istana menarinya
kelelawar-kelawar hilir mudik semua baik yang kenyang dan yang lapar
Kisah manis itu diulang-ulang lagi
tanpa ada yang mau datang lagi hingga apa maunya tanpa dimengerti
jelas ia tidak ingin kehilangan sebagian arti darinya lagi
Seperti diamnya bunga-bunga yang melayu tanpa merintih
Ia membiarkan dirinya dipanggang ikat oleh maunya arah mereka
Yang pagi hingga sore hanya bisa menungga seperti memaksanya
Untuk keluar dari batang-batang yang lama menyembunyikannya
Untuk keluar dengan bebasnya diketinggian atau di tempat mereka
Tempat yang ditutupi oleh cara tangan-tangan menunjukkan tempat
Dimana kanvas luas tanpa batas ingin ia retas ditempat terbaik yang ia pilih sendiri
Telah sangat lama ia tahu buka dari bangku-bangku belajar namun oleh langkahnya menyusuri lembah-lembah itu yang dulu belum dihuni oleh seorang pun.....
Membakar paksa setiap kanal aliran itu bukanlah salah satu pilihan
Ia tahu akan asal bebatuan yang terbentuk  disana punya ceritanya sendiri
Tak heran jika pelarian demi pelarian yang menjadi bagian kisahnya
Adalah jalan panjang juangnya menyuarakan merdekanya para pemilik tanah ini
Agar terbebas dari rasa takut lapar kietika harus singgah bersama
Para pemilik tongkat-tongkat ajaib yang dapat mengubah apa pun dinegeri ini.
Pangkas dan retasan kisah itu masih terselip di kelopak matanya
Yang telah dipenuhi keriput dan kakinya yang dulu perkasa kini
bergeser ke beranda samping dengan tertatih-tatih tak lebih untuk
diijinkan matanya menatap taman kesayangannya penghibur hatinya
bersama mereka semua yang tetap bersama sore itu usai gerimis
menemani kisahnya yang sedikit terbata-bata......

Pelarian Liar dan Peliaran




Dibawah rindang pohon tua itu
Penyamun yang telah lunglai terhenti
Berlari dari belantara yang satu
Kini telah memasuki belantara lain
Yang baginya kini semakin disadari
Semua hanya tentang berlari...
Dari kenyataan yang dihadapi..

Tanpa berkedip
matanya hanya tertuju
pada makhluk kecil itu
Yang tanpa disadari....
air matanya menetes di pipi
Seperti luluh keberingasannya
Bagai luntur  kedigdayaannya 
Wilayah kebanggaan dirinya 
saat berada disekitar
para pengikut-pengikut setianya
yang satu persatu telah menghilang
entah kemana..

tidak seorang pun...
membuatnya ini terjadi
kecuali pemandangan binatang kecil
yang berada di depannya memanggungkan drama
kehidupan akan kesetiaan dan mungkin itu yang disebut cinta
baginya yang telah banyak bertaruh demi keuntungan
juga kesenangan dan kepuasan diri
telah banyak melupakan bahkan meninggalkan
keluarganya....
tanpa mampu berbuat seperti binatang-binatang itu
dengan penuh kerelaan memberikan yang terbaik...