Language and Art of Mind: Flashrepro

Language and Art of Mind: Flashrepro:   Hari ini, dia ingin sedikit berbagi  Bagaimana peristiwa tiga puluh tahun lalu  Tepat dibulan yang sama, hari Minggu hari yang ke dua pu...

Pak Kades Tindak Nyawang

Suatu hari Jumat yang cerah, dengan ceria seorang warga yang dikenal dekat dengan Pak kades bergegas memasuki kantor kades, namun beliau hanya mendapatkan jawaban singkat dari Pak Sekdes, bahwasanya beliau tidak di tempat.

"Ada apa sebenarnya?..
Tolong katakan, Pak Sekdes, apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Jangan-jangan Nyawang itu orangnya jahat? Apa itu nama sebuah kampung di pinggiran desa kita, maklum saya nggak hafal semua tempat, desa kita kan luas sekali, dengan siapa beliau pergi? Apa ada rencana beliau yang lain pada hari ini Pak Sek., selain itu?"

"Wah..! Sampean kok sudah menhujani dengan barisan pertanyaan yang bikin orang bingung toh?" Pak Sekdes menghela nafas lalu menanggapi juga,"Saya sendiri belum sempat ngobrol pagi ini, hanya kemarin obrolan dengan kades sebelah, mungkin saja beliau mau memastikan informasi, kalo-kalo bisa masuk pegawai negeri, itu aja yang saya inget."...

"Oh jadi ada informasi tentang penerimaan pegawai di Nyawang, dengan kata lain beliau ingin diakui negara ya Pak Sek., apa beliaunya udah nggak kelewat uzur ya... Beliau itu ya Pak, jangan- jangan baru diangkat terus pensiun? Sambil mengangguk-angguk, juga melangkah mengitari ruangan menikmati kabar baru dan suasana obrolan.

Pak sekdess mengamati tingkah tamu anehnya sambil merasakan kebingungan menghadapi tamu satu ini, juga tentunya sambil menggaruk-garuk kepalanya menjawab dengan berusaha lebih tenang,"Beliau mah sudah diakui negara Pak...., tiap kali tanda tangan beliaulah yang diakui ngurus segala macam sampai tuntas hampir semua pembangunan desa kita, dan juga Beliau apa adanya dan gak pernah neko-neko, Sampean aja yang bergaya detektif ketinggalan..."

Keduanya sontak tertawa terbahak- bahak tanpa bisa dituliskan suaranya karena pastilah rumit menuliskan suara macam begitu, bahkan ada yang sempat ambil kulit cabe hijau di gigi, terus ketawa lagi... sedikit protes pak sekdes juga sempat menyela tawa mereka dengan setengah berbisik pak sekdes juga meminta agar jangan memanggilnya dengan jabatan apalagi pake disingkat, bikin risi kuping... lalu ketawa mereka berlanjut lebih panjang lagi.😌🤑😪



Bisaku dan Bisamu Pernah Bertemu

Kawat memang dirancang dan dibuat 

Dipilih dari bahan terpilih hingga terbaik minimal yang cukup kuat

Ada jenis yang terbebas dari karat 

Rancang akan daya tahannya menjadi pertimbangan melekat 

Namun ternyata itu materi tidak semua untuk mengikat 

Ia seperti datangmu yang mengalirkan sumber dari tempat yang tinggi hingga mencapai samudra 

Mengiringi alur memanjang itu tiada perlu menyatukan semua langkah dengan menceburkan diri sepanjang waktu ...

Kantung - kantung perhentian kini tiada perlu dicari -cari, lebih baik saran milikmu untuk menghibur diri....😁


Muasal Direka

Sebelum kemeriahan dibuka 

Keramaian ada disana 

Kalau pun dia membuka 

Dia bukan membuka kemeriahan itu 

Ia telah memuntungkan rokok putih kegemarannya 

Sebelum menginjakkan kaki di sana 

Ketika semua tahu bahwa acara sudah dibuka bertambahlah keramaian itu 

Suasana yang tidak begitu disukainya, tidak heran ia tidak berlama-lama berada disana 

Kemana setelahnya, kata orang tiada ragu ketempat asalnya, tempat yang menyamankannya 

Orang berkata demikian tidak sekonyong-konyong atau tanpa alasan atau mengatakan sangat mengenalnya, hingga menggelindingnya tujuannya usai itu sudah pasti tidak seutuhnya oleh gravitasi....

Berlalunya Kenyataan

Kemarin menjadi tanda yang tepat 

Kemarin itu hanya sebuah cerita 

Juga kemarinlah yang disebutkanya sendiri 

Genap usia miliknya 

Sudah mendahului sebuah nama 

Nama yang menjadi kebanggaan 

Dua puluh enam tahun berlalu 

Dibawanya seolah ia mendekati terbitnya terang pagi ....

Perindukan imaginer mengasup kewaskitaan kedalaman dirinya akan kemana sebuah kisah memadai serapah dengan senyuman semudah dan seringan dirinya melahap hidangan berkuah.

😆

Kisah akan usahanya yang untuk memejamkan mata saja masih terusik dengan segala upaya senggol dan silih telisik tiada kurang bertubi mengusik..

Namun tiada lebih 

Baginya semua masih dapat dijangkau dengan semudah dirinya mengumbarkan canda dan senyuman... seolah telah tahu kemana semua kata itu akan menuju... tanpa sedikit paparan ungkit ini seperti masa lalu 

Ia bahkan tersipu 

Mengenalinya seperti lagu 

Juga bocah yang sangat lugu 

Tanpa ia bicara 

Matanya sudah mampu mengatakan 

Tiada perlu lagi padanya 

Membuang-buang tenaga

Dengan bersilat lidah 

Untuk menjelaskan realita 

Dengan demikian ia akan 

Akan meninggalkanmu 

Jauh dan semakin jauh hingga ....

Hanya menonjolkan kisah masa lalu ...

Dan realita tetap akan jadi milik *

..nya.

*)


Seakan Sudah Jadi dan Lunier

Meskipun 

Walaupun

Masih sama juga 

Dengan kendati 

Maksudnya linier 

Dibiarkannya 'engkau' berada 

♡Menggantikan 'diri ini'

Mengapa harus demikian..?

$ebenarnya tidak demikian 

Karenanya tidak perlu ada kata harus 

Kenyataan lain diluar sebuah rumus , dalam mengubah kecepatan 

Ia adalah kesabaran dimana temuan itu milik orang biasa seperti diri ini yang mencoba menyadari...

Setidaknya masih tersisa kesadaran bahwa sannya bukan satu -satunya tempat bertanya atau terkuatnya sandaran...

Sekedar menimbang dan membagikan pendapat tiada sulit bagi yang rela mendekat dan terbuka....untuk mencoba memahami .

S3ktor dan alokasi itu harus mengerti arus bila tidak ingin dinamai ambisi...

Arua yang berlebihan sering disepadankan dengan kepongahan seolah angannya sendiri yang melayang tiada dapat dimengerti yang jauh...

Pena usang itu pernah mengaitkan pertanda akan keadaan serupa dalam pandangannya yang tinggi melompati jamannya walau tanpa sayap,

Catatan-catatan kecilnya tidak jarang hanya dianggap sampah tanpa judul tidak sepantas pemilik sampul yang disebut cover tebal dan berkilau  bila terkena cahaya semakin mantul...

Ini bukan sang pengendali kepadatan penduduk yang tidak bisa duduk dalam hunian berlahan rawa dan hambut yang tiada lagi disebut setelah semua pemandangan hanya menjadi rumput, luasnya sudah tidak ditengok lagi oleh anggapan hingga supremasi para p3nganut... 

Merasa sudah begitu tepat ?

@$@l hanya sesaat 

Mungkin bicaranya telat 

Alasan jelas, bagaimana manfaat 

Adakah dibaliknya kata sepakat 

Meskipun itu bukan landasan kuat 

Lirikan baiat seperti kecepatan indeks harga, ingin tanya hanya dianggap belagu...

Dibiarkan bergulir seolah salah kelola, padahal warna lampu diujung tanda, hanya ingin bicara sedikit tiada lan dari maksudnya thank you.

@bukankolektorarangjadi2an.





Mengarangkan Cinta

Sudah terlanjur terlewati 

Perkara dinama tidak selayak bubur 

Tanah tergali begitu dalam namun mengapa urung menggembur

Tiada perlu kudipandang dalam kemegahan istana tempatmu berada sebagai yang termasyur 

Telah terbawa seluruh bau yang tersungkur kedalam bara yang hidup itu...

Tiada lagi utuhnya bentuk tubuh miliknya sebagaimana lukisan dibentuk sepasang tangan pengisah

Konon hidupnya bara itulah yang mengubah semua itu beriring nyala tanpa muai gemerincing menduduki harga pemekaran sebelum hari ini semakin menggelap 

Kupandang dari sudut kursi kereta seusai kelegaman itu mencerah ingin menuju memutih diujung perapian bersama pengeja pemantra tutur dari leluhur yang mendekatkan diri dalam baur 

Kutuang detak maumu dalam barunya bentuk yang lama dengan setiap perahan pikir dan keringat teramu...

Sadar akan  besarnya tekat hatimu yang selalu menjauhkan kata mundur bahkan semakin lantang meneriakkan seruan' gempur'! agar semua penghalang lalu melebur dalam tanah tempat kita berpijak

Semua serpihan kata ini tiada mula dan tiada asal atau bermata angin bebas menebar dengan kecepatan miliknya tanpa lagi terukur disetiap ruang imagimu sendiri ...

Bila terlalu sulit membayangkan biarlah ia pergi bersama debu-debu di setiap jalan yang engkau lalui tanpa kata pamit apalagi lambaian tangan yang tiada mungkin akan tampak oleh penerima kemustahilan..





Untuk Hal Tertentu Saja

mengapa

 Mengapa harus begitu 

Memilih cara mengangguk-angguk

Tanda kamu setujukah,

Tanda kamu kagumkah,

Tidak tahu, atau mengimuti saja bagaimana burung hantu dalam hal lagu....

Kalau mereka berbondong-bondong datang ke tempatmu untuk tujuan mereka, apa yang terlintas dalam pikiranmu?

Tidak seMua orang mahami akan isi kepala mereka yang datang kepadamu, mungkin mereka mengagumi, mendambakan sebagai bagiannya atau orang sepertinya bisa jadi juga mereka membenci, walaupun tidak memusuhi.

Mereka ada yang berusaha keras untuk berperilaku dan berpikir seperti sebagian mereka yang datang namun mereka sama sekali orang yang berbeda, tidak jauh beda dengan kamu,...

Tentu tidak dalam semua hal....

Halaman berapa terserah, begitu kalau ditanya, karena bagi mereka yang penting bisa bermain, panggung yang kamu sediakan itu jauh beda dengan keadaan mereka kalau sedang bermain beneran....



KLIKU Belajar : "Mengada-ada"

KLIKU Belajar : "Mengada-ada": Mengenang suara indahmu Ditempat tanpa penghuni Remang masih menyisa kaldu Seruput penghangat berkuah hingga kering sebelum dari...





Karya : Aidat Windy
The View :



Suara menggema, lantang dan penuh wibawa, membelah kerumunan rakyat yang berkumpul di alun-alun kerajaan.

Sang Penguasa, berdiri tegak di atas singgasananya, tatapannya tajam menyelidiki wajah-wajah penuh kekhawatiran di hadapannya. Suaranya bagaikan guntur, menggetarkan jiwa-jiwa yang mendengarkan.

"Rakyatku!" seru Sang Penguasa. "Bayang-bayang perang telah menyelimuti negeri kita. Musuh bebuyutan, kejam dan haus darah, telah menginjakkan kaki di tanah suci ini. Mereka ingin merenggut kedaulatan kita, menindas rakyat, dan menghancurkan warisan leluhur."

Kerumunan bergemuruh. Desahan cemas dan teriakan kemarahan bercampur aduk. Ketakutan menyelimuti hati mereka, membayangkan kengerian peperangan yang akan segera melanda.

Sang Penguasa mengangkat tangannya, menenangkan rakyatnya. "Jangan gentar!" tegasnya. "Kita adalah bangsa yang berani, keturunan para pahlawan yang gagah perkasa. Kita tidak akan tunduk pada penjajah! Kita akan melawan dengan segenap kekuatan yang kita miliki!"

Suara Sang Penguasa menggema dengan penuh semangat. "Aku, Raja kalian, memerintahkan kalian semua untuk bersiap sedia. Latihlah diri kalian, asahlah keahlian kalian, dan persiapkanlah diri untuk berperang. Kita akan mempertahankan tanah air kita, melindungi keluarga kita, dan menjaga harga diri bangsa kita!"

Rakyat bersorak sorai, tekad membara di mata mereka. "Hidup Raja!" teriak mereka. "Hidup Bangsa!"

Sang Penguasa melanjutkan pidatonya. "Aku tahu, perang ini akan berat. Akan ada korban jiwa, air mata, dan penderitaan. Tapi aku yakin, dengan tekad yang bulat dan persatuan yang kuat, kita pasti akan keluar sebagai pemenang."

"Ingatlah!" seru Sang Penguasa. "Wilayah pertempuran ini telah memasuki duniaku. Jangan beranjak, menghambat lakuku. Lanjutkan ritme ultimatum tersebut!"

Kata-katanya menggema di benak rakyat, membakar semangat mereka. Mereka siap untuk berperang, siap untuk mengorbankan segalanya demi mempertahankan tanah air mereka.

Suara Sang Penguasa menggema di angkasa, mengantarkan rakyatnya menuju medan pertempuran. Sebuah babak baru dalam sejarah kerajaan telah dimulai, sebuah babak perjuangan yang akan menentukan nasib bangsa.


``

gelanggang 
arena
lapangan pertempuran
ruang pertempuran
sasaran pertempuran
tempat pertempuran

Macam Cara Bayar

Kisah akan dirinya 

Itu kenyataan 

Dijadikan untuknya 

Juga teman lainnya 

Menertawakan dulu 

Hingga orang banyak 

Pun dibikinnya demikian 

Jadi bisa dan ikut tertawa 

Sehingga nampak sekali 

Akan kebutuhan itu nyata 

Yakni satu kebutuhan mereka 

Untuk betul betul bisa tertawa 

Itu telah dibuktikannya 

Bukan semata jadi selingan 

Maka membayarpun bagi mereka 

Sudah jadi kewajaran...

Jangan pedulikan 

Bila mereka dianggap 

Sudah sulit untuk tertawa 

Karena membayar untul itu semua 

Sudah bukan kesulitannya...

Berbahagialah kamu juga semua teman yang masih tetap bisa tertawa tanpa harus membayar...😁😅😍🤗🙄👧

Level Bukan Batas Tingkatan

...himpunan haru semesta menitikkan embun pada hijau lebat pantara yang dipuja dan didamba tetap menjadi tempat peluhnya menetes pada setiap langkah tanpa membeli kembali miliknya dari setiap genggaman siapa pun yang belum pantas menerima setiap arti dirinya yang sering jauh untuk mampu utuh dikenalinya....


Lewat setiap kejatuhan biji yang diterbangkan angin tiada lagi yang pantas dibela dengan ujung bulu landak yang gundul dan ketakutan mendiami lubang-lubang persembunyian itu ...
Ia yang adalah pembawa benih terkecil kubiarkan jauh melayang dibawa sepasang pembawa suara langit; juga kubiarkan terjauh dari gambaran mimpi yang kelak yang akan menghampiri..
Windu yang tiada meninggalkan windu lama tanpa membiarkan sekelumit kisah windu baru tanpa sadar mekarkan kuasa lampau mencengkeram dan menggunakan tangan -tangan lain membutakan pandangan sendiri untuk mengerti hingga membeda kenyataan dan mimpi seolah menjadi sumber mengayunkan amarah kian merajalela...

Anak-anak menghuni jamannya dengan kesenangannya yang dinamai juga dinikmati sebagaimana layaknya permainan, keriangan akan kemenangan juga menggapai tingkatan nyata bagi mereka yang tidak rela dirampas sembarangan tatkala kebersamaan telah menjadi bagian yang sangat bernilai bagi mereka, ini melebihi level atau tingkatan bahkan penjelasan apa pun yang sering dibuat -buat 😂😥oleh anak-anak yang sudah menjadi dewasa, besar dan lupa bagaimana menjadi mereka.
Jauh dari pelanannya telah tereja, bagaimana setiap tarikan dan hembusan nafas yang telah ia lakukan semakin mendekati arti kesadaran baginya, maka...
Wajar telah menjauh keresahan juga keraguan akan keputusan yang telah dibuat untuk mempercayakan....
Ini... hanyalah endapan dari timbunan beban juang yang lama terkubur hingga bertemu pada bayangan yang telah terentas dan mengering bagai arang...
Sepasang kekasih yang telah jauh mengarungi rencana itu telah semakin diyakini mampu bertahan untuk mendapat makan dari antara dan setiap jubal pepohonan sebagaimana pendahulunya membagi kisah tentangnya di sana...

Secuil kisah langkahnya bagai disembunyikan, bagaimana ia merapatkan diri dengan daratan, tanpa memilih sudah berada di dermaga tua berada dibalik pulau dengan selat ramai dan ternama, bagai disana tiada kenangan semanis gula-gula  yang acap ditebarkan metropolitan....

Jika benar kelak kelilingmu selesai dengan penuhnya kesadaran sudah dipastikan dapat kau terima tanpa syarat bahwa tidak disetiap tempat dan tidak setiap orang harus diberi kutang atau rok atau celana...panjangnya nalar yang telah kau miliki telah jadi kristalisasi harta terbesar....

"Jaman Edan" yang sering dipakai banyak mulut menyebut asal keadaan tiada pernah digunakan dalam tuturannya, satu cara yang dipilih membiarkan senandungnya rela dibagikan kepada yang dapat terlihat lagi oleh matanya sendiri saat mendekat padanya meskipun tiada panggung dan pengeras juga pengiringnya.


Pinggir rawan bukan nyata wilayah penjual seolah saja sering dilagukan lagi dengan kemiripan setelah perginya hantu baru bikinan moncong-moncong bayaran bagai mesin peniru sang pemilik, 

Ayam betina menelorkan, mengerami juga menetaskan ayam.  Tidak selalu sama bunyinya, Juga tiupan itu tidak selalu menghasilkan nada, adakalanya ia semakin menghidupkan perapian, untuk menghangatkan, memanaskan mungkin juga untuk memasak sesuatu yang disukanya. Ia tidak ingin berkata lebih...
Saat ini 
Mungkin tidak ingin berkata apa-apa, kepadaku tentang hal yang kau mau...

Jika bimbang yang ada padamu sudah pada memuncaknya tingkatan rangkai kejut apa yang akan menggenapkan seratus tahun  dalamnya usia melebihi pasar sampai harus membuat semua yang dijajakan laku besar tanpa memakai cara yang kasar, ingin ada tanya sedemikian menuju arah namun akhirnya memudar.

Lantas adamu yang terbatas, singkat dan pendeknya kedatangan terjadi sebagai masa yang menggandakan tekat tunggal tidak dapat disadari utuhnya arti saudara penjual roda-roda besi yang lunak dengan pembungkus getah -getah pohon yang dirampas begitu saja.... tuan-tuan tanah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.


Pada masa penting inilah seolah telah dengan cepat tanpa telaah berlama -lama disimpan seluruh mantra-mantra penyembuh dan penyuluh dijauhkan dan disembunyikan mungkin dilarikan ke negeri entah berantah. 🙄

Sudah Pergi dan Sampai

 

Yang kelihatan
Ia sudah melakukan 
Yang penting mungkin baginya itu 
Sudah datang untuk bawa maksud
Meskipun belum utuh disadarinya 

Menunda untuk mengatakan kepadanya 
Bahwasannya ia bukan datang pada tempat yang tepat 
Untuk tahu semua isi cerita 

Dayang-Dayang Berparuh

🤔semisal  sepuluh kali diulang 
Itu seolah mendongeng buatnya 
Yang sedang tidur pulas....

😴kemarinya diujung kelelahannya 
Maka kubiarkan lelap itu dimilikinya dahulu...

🤓bayangkan andai dikeramaian atau jalan dan berdesakannya penumpang bisa saja jadi incaran pencopet...

😌Usai mandi dan mengisi perutnya barulah ia mulai diberikan kisah yang langka dan sangat ingin didengarnya itu....

>>>> sedikit saja, karena ini sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk ia, ... saat ini


Memilih Cara

Mulai sejak awal 

Telah dikatakan 

Padamu...

Juga pada mereka 

Bahwasannya bukan kamu 

Apalagi aku yang memilih cara 

Ia sendirilah yang melakukannya 

Ia yang akan memilih dengan caranya 

Bila saja kau tahu dan telah menerima akan cara itu 

Kedatangannya meskipun sudah jamak menjadi gunjingan dan bahan cerita di setiap sudut negeri tidak semua senyatanya mengatakan akan hal itu sebagai sebuah kenyataan....

Penggambaran akan adanya kengerian yang bikin merinding atau berdirinya bulu kuduk seolah -olah menggambarkan betapa buruknya hal yang dilihat atau yang dicari -cari di sana;

Mudahnya ketika kita bicara tentang kopi, gambaran warna hitam dan gelap ditambah dengan kecapan rasa pahit, numun kenyataannya orang dapat menikmati kopi atau meminum dengan warna lain selain hitam. Ada yang menyukai minum dengan warna putih, warna kuning, keemasan bahkan dengan penambahan aneka kreasi dekoratif dan rasa yang sangat beragam. 

Disadari atau tidak telah banyak barista dan tangan - tangan kreatif dari segala penjuru telah bersinergi menggapai itu, dari kebun-kebun tempat tumbuhnya hingga ke tempat-tempat yang tinggi dan megah menggapai bibir dan mulut para penyukanya...

Jadi jika kembali lagi 

Mengatakan tentang bagaimana ia datang tidaklah akan semudah bagai membalikkan telapak tangan kita dan seketika mengerti bedanya.