Waspada Itu Penting



Kisah cinta punya pemiliknya 

Jaman itulah yang meretas situasi 

Para penghuni lembah penanti hiburan 

Sangkakalanya urban yang sering dimabukkan 

Tetabuhan bertalu semakin menguratkan harapan 

Mereka yang datang membawa kantuk 

Kemeriaahan menaikkan puja -puji diyakini sangat sarat dengan kasiat 

Para penerawang mengisah wajah -wajah kutu busuk diperbesar berjutakali tanpa aliran air.

Pengusir kekeringan agar belas kasih penguasa sutradara gelombang lautan menjadikan tengadah panjangnya kepolosan mereka yang merapat dijamah dengan berkat.....

Wujud ajimat yang menggilakan pemilik usai mantra demi mantra yang dikumandangkan seluruh penanti dan penghuni disatukan bayang oleh tetua negeri mimpi itu....

Malam masih sangat panjang... untuk mendengar 

Jawaban apa yang akan diterima....

Seperti pesan kewaspadaan 

Sebagaimana tutur tetua mengularkan jejak....

Katanya Penerang...

 


Segala sesuatu yang tadinya begitu tampak jelas dihadapan

Tempat kaki ini dengan kuat menopang tubuh

Yang melambungkan nafas hingga seisi diafragma

Menabuhkan degub gembira hati menatap engkau

Bertanya dalam henti mengapa kini semakin berbeda

Masihkah setiap usapan itu 

Akan menghalau debu pengusik pandangnya ....


Bila saja ia yang katanya penerang

Nyata ada dan memberikan segenggam pengertian

Pasti ia katakan bagaimana ini bisa terjadi berkesinambungan

Bertubi-tubinya keberuntungan menyambung gelora cinta yang

Silih berganti menyambangi bersama setiap percik air

Nyanyian yang tampak oleh mendekatnya kepakan 

pemilik sayap-sayap indah menabur senyum manis itu


Sela rangkai tak mendua begitu saja merantai hiasan di dada

Hasrat mengata bedanya terpaut senandung bergaung sengaunya pengiring

Yang katanya memiringkan arah saat mendengar kisah bertemunya

Semua keadaan yang mustahil selaksa jarak telah menghempaskannya

Akankah penerang itu masih saja membawanya pada malam yang kian pekat

Akankah masih ada untuknya kerelaan menemaninya melangkahkan

Sebagian harap kecil yang masih tersimpan rapat dalam hatinya.....

oingkang- ongkang

$udah seperti maumu 
$emua serupa pintamu 
$ebagai tanda ketulusan 
$ekuat mencerna segala cara 
$etiap pesan yang mengalir 
$searah dari tempat beradamu 

$sekarang 
$eandainya telah tepat 
$ebentuk perubahan nyata 
$sebagai yang layak disebut hasil 
$@mbil duduk - duduk mengendurkan 
$eluruh saraf dan otot sambil ongkang-ongkang .....

KIRANYA Terapung



Tersenyum engkau telah dibuat 

Kendatipun tanpa simpul 

Sesaat mengerti buku hariannya 

Terbahak engkau telah dibikin 

Meskipun tanpa jenakanya pantun 

Tanpa menampik ketulusannya 

Menuang buku harian kesayangan 

Mengisah betapa dikenangnya sapamu 

Tertegun matamu pada....

Bagian terindah baginya 

Saat-saat..... ia mendamba ukiran...

Menjauhkan akan rindunya masa lalu 

Lepas bayangan yang menghalang masa depan

Menikmati bersanding dengan nyatanya hadirmu...

Memandang biduk - biduk merapat 

Hembusan angin ditepi danau menyibak rambutmu... hingga wajah ceriamu dijadikan bagian lukisan halamannya....

Tersimpan setiap ujaran juga tanyamu dalam setiap goresan yang dibuatnya dengan penuh perasaan... akan berartinya kenangan itu 

Bahkan ketika kepulan -kepulan asap saat engkau mengipas api pemanggang ikan mas yang hampir masak pun menjadi ceritanya...

Senyummu semakin lebar 

Membaca ada disana pertengkaran kecil 

Jika bukan perdebatan sebutlah adu mulut 

Untuk menentukan dimasak apa.... hingga 

Engkau yang kekenyangan...

Lalu menertawakan diri sindiri 

Telah semakin lengkap dituang 

Dalam goresan -goresannya yang sangat 

...memaknaimu.

Ambang



Sejak nyanyian pertamamu kudengar 

Sejak kulihat bagaimana nada-nada itu 

Telah engkau mainkan 

Penghuni bukit -bukit itu punya rasa 

Hingga rela menghentikan maunya sendiri 

Untuk ada bersama engkau dan mendengar 

Apa yang sedang engkau senandungkan itu 

Sangatlah menghibur dan dikatakan mengagumkan...

Satu jawaban yang tak cukup hingga sering 

Kembali lagi untuk mendapatkan sapaan hati 

Ditemani kopi pahit sekental seleranya di sana 

Tempat sebuah arti kebabasan digelar tanpa lagi harus pudar mengusik kalangan makhluk -makhluk yang ingin berdiam tenang berdampingan

Tempat gambaran mimpi-mimpi malam ditebalkan oleh kerja mesin -mesin tak bertinta menebalkan bentuk 

Dinding -dinding membalutkan bertuahnya batu -batu hitam melantunkan kembalinya melodi hingga setiap percikan tetes -tetes air usai melewati garis pasang....

Adakah ambang penjelas semua yang terlewati  ini atau akankah terbiarkan alami mengalir semua bersama angin lalu saja....

Jangan Berkedip


Bukan tanpa alasan 
Jika ia menerima ajakan 
Untuk berada di sana 
Hingga mau memberikan 
Bidikan terbaiknya 
Tak pula dipinta 
Yang terbersar hingga 
Terbaik baginya 
Karena pestilah berat 
Untuk membawanya

Jika semua letak 
Pada maunya 
Ia tak akan membiarkan
Matamu terpisah 
Dari dedaunan 
Yang menari -nari 
Dilembah itu 

Mulut atau jari-jarinya 
Seperti aba -aba 
Saat yang terbaik 
Didapatinya dalam
Penekanan tanpa ragu.


Diundang Kemurahan

Dengan yang lain 

Kuturut ikut gegas 

Dengan yang lainnya 

Beramai ramai terasa beda 

Suasana meriah memberi dampak 

Setidaknya kini tidak mudah lelah 

Kurang lebih begitu keadaan saat itu 

Melangkahkan kaki kesana 

Agar dapat pula mencari dan sempat menghampirinya  agar tak lagi dipenuhi rasa penasaran setelah langsung mendengar darinya 

Ia yang mengerti banyak fakta dan tidak suka memberi cara pikir menalar yang abal-abal alias ngegombal.

Meskipun awalnya matanya menelisik dalam serta enggan berbagi kisah itu berangsur ia lalu mengangguk dan mengisap nafas dalam -dalam seperti mengerti dengan cepat maksud hati yang belum sempat diutarakan.

Juga tentang keistimewaan setiap yang telah bersamanya muncul dalam kisahnya seperti rapinya kata yang tersusun dalam kamus.

.....

Pohon Kecil

Itu pohon kecil

Jangan kaunaiki

Seandainya engkau berniat

Engkau ingin memanjat 

Memanjatlah pohon yang kuat


Pohon itu bisa tepat

untuk dapat kaubuat

menu yang lezat

Sejak jaman sebelum emak

Biji-biji itu sudah tepat

mengganti bentuknya saat tumbuh

hingga ia berganti nama

Harapnya kau tau itu

Generasi barunya dituai cepat

Saat tubuhnya lembut

tanpa berulat

Secepat olahnya pindah kepiring-piring...


Pengusung

Pilihan disekat malam 

Bicara ia apa adanya untuk dimengerti 

Bukan tentang pungguk yang merindukan bulan dijadikan sebuah pilihan 

Bukan pula ia mengatakan 

Tentang bulan sabit 

Yang tampak dipelataran 

Kenampakan baginya adalah jelas 

Tentang senyuman langit itu 

Boleh dimiliki oleh siap pun 

Yang keluar dan mendongak 

Pada saat yang tepat ia berada 

Ia yang dipersenjatai dengan pengertian 

Akan tingginya pengertian akan pembeda

Mana yang semestinya beranda semu 

Hingga yang seutuhnya terjamah tangan 

Dan sampai pada genggaman jaman 

Turut dalam barisan yang tanpa henti membawa 

Serpihan demi serpihan  dan bulir bulir penyubur makna diri ....

Yang juga tanpa peduli 

Hingga lelah dan ikut berbau 

Tinggi Tetapi Jangan terbang

Langsung saja 

Biar singkat

Ngga pake cara 

Yang berbelit-belit 

Tujuanya juga jelas 

Agar bisa didekati 

Agar bisa disentuh 

Agar bisa dikecap 

Agar bisa dirasakan 

Agar bisa dimakan 

Agar bisa dicerna 

Agar bisa menjadi 

Yang wajar saja 

Bila saja 

Terlalu tinggi hingga terbang 

Bagaimana bisa 

Mencerna enak...

Membayangkan pun 

Terkadang sulit...

Belum sampai pada meramu 

Olahannya....



Ada Diantarannya

Bila cinta pernah berada 

Diantara dua pilihan 

Dahulu hingga kini 

Baranya asmara tak pula 

Menjadi bagian yang kunjung habis 

Geliat membesarnya taburan hawa

Meliuk dengan suhunya memanas 

Memaksa rongga -rongga penantian 

Mengecap seluruh permukaan 

Dengan semburan kristal pasir yang telah 

Berubah kini dalam keadaan menggelap 

Lelap indra diperaduan semesta 

Sudut kecil belahannya disambut lagi 

Mengakarnya suara -suara bergantian 

Datang dan pergi dipersinggahan ini 

Siapa pun yang pernah diantaranya 

Hanya memilih jalan terbaik baginya...

Nyata mempersalahkan mereka 

Hanya menambah kesia-siaan 

Terasa semakin bertambah panjang...


Serasa Terangkat Begitu Saja

Setelah melewati 

Panjangnya perjalanan 

Bagaimana ia merangkai 

Perlahan tuturnya bukan mengiba ...

Curahan hati yang sangat dinanti itu 

Tiada sedikit pun melewatkan dirinya 

Mengerti apa yang sangat dinantikannya 


Kentara dan tak lagi 

Mampu disembunyikan 

Keharuan yang menyelimuti 

Saat meniti tangga demi tangga 

Yang banyak dinama sebagai 

Bagian tempat para pepunden berundak

Terhenti langkahnya....

Pandangannya mengitari dengan sangat teliti 

Berhenti ia pada sebuah bercak 

Pada batu bagai disinggah sana ....

Terbuka kedua tangannya 

Wajahnya tersenyum lalu mengangguk 

Seakan menjawab banyak penanti......


Dambanya kembali ke bagian tempat ini

Telah mengiringnya menyertakan diri 

Seluruh sisa kegembiraan masa lalu...

Bukan sebuah isapan jempol ....

Seperti halnya takdir sang agung 

Pemegang kuasa panji negeri ini 

Yang mampu membawanya kembali 

Dari keterasingan dirinya jauh di negeri ntah berantah dipasung kurun tamaknya masa lalu tanpa orang mengira datangnya poranda berkepanjangan mengadu aduhkan  segelintir cecunguk yang selalu kelaparan.


Mengapa Sisa?

Ingin segera 

Diluncurkannya  tanya itu...

Enak dan tidak telah diketahuinya 

Akankah ditemukan suasana yang mengubah...?

Kubra...  menjadi pilihannya menyimpan tanya....

Ketika kelezatan tak utuh kini membawa hasrat hingga meninggalkan sisa... bagaimana agar diterima... oleh semua...

Gapura pemahaman tidak ingin melewati sisa tanpa kecuali menamai asal arahnya putar hingga sesat bagai memualkan keadaan meskipun  tanpa deraan cemburu... 

Itukah suasana yang membohongi lidahnya untuk berhenti... pada penekuk terpilih... 

Kutahu yang mengambil terlalu banyak dan bagaimana ia membawa hingga meletakkan moncong -moncong pada jalan yang belum bernama sebagai jalan kenangan.....

Kuli -kuli jaman hanya melewati wahana kuliner yang memandang pentirtaan buatan dipagari eksotik rancang bangun dibalut birunya jaring jaring pengalang tebaran debu....

Rotasi demi rotasi hingga ia kembali lagi melihat setiap bentuk selaksa sama tetap tanpa menyuarakan sesuatu yang bermakna...

Takubahnya.... selera makannya 

Yang telah terbang dijarah oleh jam tayang yang harus dikejar tanpa mampu teraih utuh.

..